SOFTWARE WAYANG KULIT

[postlink]http://kinco79.blogspot.com/2010/05/software-wayang-kulit.html[/postlink]
SOFTWARE WAYANG KULIT, Dua pemuda Jepang memperagakan alat sensor yang bisa menggerakkan wayang kulit secara otomatis.

TOKYO (SI) – Salah satu kebudayaan Jawa,yaitu wayang kulit, menjadi perhatian khusus Universitas Waseda,Tokyo, Jepang. Lima peneliti dari universitas tersebut mengembangkan sebuah peranti lunak (software) yang memungkinkan wayang kulit tidak lagi digerakkan secara manual oleh seorang dalang. Peranti lunak ini berupa sensor (antena) yang diletakkan pada tubuh manusia dan terkoneksi dengan wayang kulit. Sensor dipasang pada tangan,kaki,dan kepala.


Ketika anggota tubuh yang dipasang sensor digerakkan, wayang kulit akan mengikuti gerakan yang sama. Hanya saja bayangan yang dilihat tetap wayang kulit bukan bayangan bentuk manusia. Penelitian peranti lunak ini dipimpin Hiroko Nishi dan Toshiyuki Miwa. Penelitian yang mulai dirancang sejak Mei tahun lalu telah selesai pada Mei 2010 ini.

“Memang sudah selesai, tetapi kita belum puas, masih terus ingin menyempurnakan lebih lanjut software ini,”kata Nishi kepada harian Seputar Indonesia (SI) di Tokyo beberapa waktu lalu. Salah satu yang masih terus disempurnakan adalah gerakan wayang yang belum “halus” dan agak terlambat saat mengikuti gerakan manusia. Lekukan wayang yang bervariasi dan sangat halus pada sudut-sudutnya menjadi kendala.

Lekukan itu perlu disesuaikan dengan struktur manusia yang berskala jauh lebih besar dan umum. Selain itu penyesuaian gerakan manusia juga tidak bisa sembarangan, misalnya dalam menari.“Jadi ada beberapa faktor yang harus saling disesuaikan agar tercipta gerakan wayang yang utuh,”kata Nishi. Kekurangan lain dalam peranti ini adalah pada gerakan memutar 180 derajat yang biasanya dilakukan dalang dalam menggerakkan wayang kulit.

Dengan peranti ini, gerakan itu tidak ada. Sangat sulit bagi orang yang menggerakkan wayang kulit untuk berputar 180 derajat,apalagi kepalanya saja. Dengan penemuan peranti lunak tersebut segala sesuatu yang mirip dengan permainan wayang kulit juga bisa dilakukan.Tinggal mengganti objek gambar wayang yang telah diregistrasi di peranti tersebut dengan gambar lain sehingga bergeraklah gambar bayangan bentuk lain itu seperti gerakan manusia yang diperlengkapi dengan antena sensor kecil.

Dengan peranti lunak ini, pertujukan wayang kulit bisa digabungkan dengan wayang orang. Artinya,si penggerak wayang kulit juga bisa ditampilkan dalam sebuah panggung untuk menjadi tontonan sendiri. Untuk ini, dibutuhkan orang yang mampu bergerak halus sekaligus lugas layaknya wayang kulit yang dilihat selama ini.Orang yang menggerakkan wayang harus pintar menari.

Meski belum sempurna,peranti lunak wayang kulit ini dimaksudkan bukan hanya untuk menjaga kelestarian salah satu budaya bangsa Indonesia.Peranti lunak ini juga dapat menjadi cara belajar sejarah dan budaya suatu bangsa, khususnya mempelajari wayang, dengan sederhana dan menyenangkan. “Manusia bisa ikut bermain sebagai wayang itu sendiri.Tidak tampak orangnya, tetapi bentuk wayang yang terlihat bergerak sehingga menarik untuk diperhatikan semua orang, termasuk si pemain wayang itu sendiri,”kata Miwa.

Benar sekali,peranti lunak tersebut ternyata memang menarik perhatian banyak kaum muda Jepang. Mereka semakin ingin mempelajari wayang bukan melalui sebuah buku, tetapi melalui sebuah permainan (game) yang dilakukan sendiri oleh orang yang ingin mempelajarinya. Dia bisa menjadi “penari”wayang agar bisa menampilkan bentuk gerakan wayang kulit yang utuh dan baik.

Peranti lunak ini juga mampu menjadi daya tarik pemuda Jepang untuk mempelajari wayang lebih detail seperti sejarah, kisah pewayangan, dan segala sesuatu terkait dengan soal wayang, termasuk sang dalang. Apakah peranti lunak itu akan dijual? Menurut Nishi, saat ini masih sebagai upaya pelestarian budaya saja, sebagai bagian dari pendidikan generasi muda,pendidikan kemanusiaan.Selain itu, Nishi dan tim masih ingin mengembangkan atau menyempurnakannya. Nishi berpesan agar pola yang mereka terapkan bisa membuat generasi muda semakin mencintai danmelestarikankebudayaanbangsanya.(*)

Laporan Wartawan SI
Richard Susilo
TOKYO

0 komentar:

Posting Komentar